Idza : Lahan Pertanian Di Brebes Tak Terusik
Bupati Brebes Hj Idza Priyanti SE MH menjelaskan, lahan pertanian di Kabupaten Brebes tidak terusik meski telah ada Kawasan Industri Brebes (KIB) dan Kawasan Peruntukan Industri Brebes (KPIB). Lahan Pertanian di Brebes masih tetap dipertahankan mengingat komoditas Bawang Merah dan Telor Asin menjadi andalan dan memasok kebutuhan pangan hingga ke seluruh pelosok Nusantara.
Demikian disampaikan Bupati saat Konsolidasi Organisasi dan Program Pengurus Wilayah NU Jateng bidang Pesantren dan Pertanian, bersama PCNU se eks Karesidenan Pekalongan, di Ponpes Assalafiyah Luwungragi, Bulakamba, Brebes, Rabu (15/7) malam.
Bupati menandaskan, melalui Perda nomor 13 tahun 2019 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) bahwa lahan hijau pertanian masih tetap dipertahankan demi kesejahteraan masyarakat Brebes yang agraris.
“Pemkab mendukung upaya-upaya NU dalam penyelematan pangan demi ketahanan pangan di masing-masing daerahnya,” ungkap Idza.
Tentang pesantren, Bupati juga sangat bangga karena Brebes memiliki lebih kurang 104 pesantren besar maupun kecil. Demikian juga santri Brebes banyak bertebaran di berbagai daerah untuk menimba ilmu untuk membangun mental spiritual Brebes.
“Alhamdulillah karena keberadaan pesanteren dan juga banyaknya kiai, Brebes aman, tentram dalam lindungan Allah SWT,” ucapnya.
Termasuk upaya upaya menyelamatkan masyarakat dari Pandemi Covid-19 juga tidak terlepas dari doa dan sumbangsih para ulama dan santri. Sehingga Kabupaten Brebes selamat dari pandemi covid-19. “Sekarang Brebes sudah zona hijau, berkat doa para kiai dan santri serta upaya menyeluruh dari berbagai elemen masyarakat,” tuturnya.
Rais Syuriyah PW NU Jawa Tengah KH Ubaidillah Sodaqoh dalam sambutannya berharap, pengurus NU harus betul-betul menjadi pengurus ketika ada urusan dalam masyarakat jangan malah jadi urusan. Pengurus harus terjun langsung tidak boleh diam saja. Jangan mempersulit.
“Dalam berkhidmat kepada masyarakat harus berjalan pada koridor kaidah. Pemimpin kita, harus lebih baik pada sikap dan tingkah lakunya daripada yang dipimpin,” ujar Kiai Ubaid.
Para ulama NU, lanjutnya, bertugas mendampingi pemimpinnya atau para executive dalam bekerja agar bisa bekerja untuk kemaslahatan umat. Jangan disamakan NU dengan partai-partai yang ada. NU netral dalam politik praktis, tetapi NU harus berpolitik kebangsaan sehingga tidak sampai melupakan tugas jamiyah dan jamaahnya.
Kiai Ubaidillah menjelaskan, bahwa Program NU yang paling utama adalah karena NU lahir dari pesantren maka berkhidmat kepada umat dengan ruh pesantren. Pendidikan pondok pesantren ala Nahdliyin saat ini sudah banyak yang luntur, karena banyak mengadopsi sistem yang sudah modern. “Jangan sampai ada pembiaran, kita harus mengambil langkah-langkah strategis agar ciri khas Nahdliyin tetap terpatri,” ajaknya.
Termasuk dalam mengelola negara Indonesia yang merupakan Negara Agraris maka program yang diperkuat adalah program pertanian. Dia mengingatkan bahawa masalah dunia yang akan datang adalah masalah pangan, maka NU jangan tinggal diam dan harus mengoptimalkan sumber daya yang ada. (wasdiun)
Leave a Comment